Halaman

Rabu, 23 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

 

RANGKUMAN KESIMPULAN PEMBELAJARAN


Oleh : Edi Suroso, S.T

CGP Angkatan 11 SMAN 3 Mesuji Raya - BGP Sumatera Selatan

Fasilitator : Lanjar Palupi, M.Pd

Pengajar Praktik : Ashafia Nursyaadah, S.Pd., M.Si


Tujuan Pembelajaran Khusus : 

  1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
  2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Jawab :

Filosofi Pratap Triloka dari Ki Hajar Dewantara memberikan landasan etis dan moral bagi seorang pemimpin dalam membuat keputusan. Dalam penerapan sehari-hari, seorang pemimpin yang mengikuti prinsip Ing Ngarso Sung Tulodho (memberi teladan di depan) harus memastikan bahwa keputusannya memberikan contoh positif. Ing Madyo Mangun Karso (memberi semangat di tengah) mendorong pemimpin untuk melibatkan semua pihak dalam proses pengambilan keputusan, menciptakan lingkungan kolaboratif. Tut Wuri Handayani (mendukung dari belakang) memastikan bahwa keputusan yang diambil memberdayakan dan memberi ruang kepada orang lain untuk berkembang.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Jawab :

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi bagaimana keputusan yang akan kita ambil. Jika nilai seperti kejujuran, integritas, dan keadilan dijunjung tinggi, maka keputusan yang diambil akan lebih mencerminkan prinsip-prinsip ini. Dalam dilema etika, nilai-nilai ini akan menjadi dasar yang kuat dalam mempertimbangkan berbagai alternatif, terutama ketika dihadapkan pada pilihan yang sulit.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching atau bimbingan sangat relevan dalam konteks pengambilan keputusan, karena coach atau fasilitator dapat membantu individu untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, mengevaluasi efektivitasnya, dan melihat apakah ada aspek-aspek yang masih perlu diperbaiki. Coaching memberi kesempatan untuk menilai kembali, apakah keputusan tersebut sudah selaras dengan nilai yang dipegang, dan bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan belajar.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Jawab :

Seorang guru yang sadar akan aspek sosial-emosionalnya lebih mampu mengambil keputusan yang bijak, terutama dalam menghadapi dilema etika. Kesadaran terhadap emosi diri sendiri dan orang lain akan membantu seorang pemimpin membuat keputusan yang lebih manusiawi, mempertimbangkan dampaknya terhadap orang-orang di sekitarnya, dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan empatik.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Jawab :

Guru yang mampu mengelola aspek sosial-emosionalnya cenderung lebih bijak dalam menangani dilema etika. Kesadaran diri atas emosi dan empati membantu guru untuk membuat keputusan yang lebih mempertimbangkan kebutuhan emosional murid, sekaligus menciptakan lingkungan yang mendukung.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Jawab :

Keputusan yang tepat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang mempertimbangkan keadilan, transparansi, dan kesejahteraan emosional semua pihak akan memperkuat rasa saling percaya dan menciptakan suasana belajar yang mendukung. Hal ini memungkinkan murid dan guru bekerja dengan lebih baik dan merasa dihargai dalam komunitas belajar yang inklusif.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawab :

Tantangan dalam pengambilan keputusan sering muncul dari adanya konflik antara prinsip-prinsip moral atau nilai yang bertentangan, serta pengaruh dari perubahan paradigma di lingkungan sekolah. Misalnya, ketika ada pergeseran dari pendekatan otoritatif ke pendekatan yang lebih partisipatif dan memberdayakan, pemimpin harus menyeimbangkan tradisi lama dengan inovasi baru.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Jawab :

Pengambilan keputusan yang tepat sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang memerdekakan murid. Setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, dan keputusan yang mempertimbangkan kebutuhan individual murid akan membantu mereka berkembang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Dengan membuat keputusan yang inklusif, pemimpin dapat memberdayakan murid untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Jawab :

Keputusan yang diambil pemimpin pembelajaran dapat berdampak besar pada murid. Dalam konteks "merdeka belajar," keputusan yang tepat dapat membuka peluang bagi murid untuk mengembangkan potensi mereka sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Seorang pemimpin yang bijak dalam mengambil keputusan akan mampu menciptakan strategi pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan individu murid.

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Jawab :

Pembelajaran dari modul pengambilan keputusan ini menekankan pentingnya nilai-nilai moral, prinsip pengambilan keputusan, dan refleksi etis dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin. Hal ini berkaitan erat dengan modul-modul sebelumnya, seperti pembelajaran sosial-emosional dan coaching, yang juga menekankan pengembangan karakter, empati, dan refleksi sebagai bagian dari kepemimpinan pendidikan yang efektif.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Jawab :

  • Dilema etika dan bujukan moral: Saya sekarang lebih mampu mengidentifikasi situasi di mana nilai-nilai dan kepentingan saling bertentangan, serta bagaimana bujukan moral dapat memengaruhi keputusan. 
  • Empat paradigma pengambilan keputusan: Saya memahami bahwa ada berbagai cara untuk melihat pengambilan keputusan, yang membantu dalam mengevaluasi situasi dari sudut pandang yang berbeda. Ini meningkatkan fleksibilitas saya dalam menghadapi berbagai dilema.
  • Tiga prinsip pengambilan keputusan: Memahami prinsip manfaat terbesar, keadilan, dan kepedulian memungkinkan saya untuk lebih bijaksana dalam menyeimbangkan kepentingan yang berbeda saat membuat keputusan.
  • Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan: Memiliki langkah-langkah sistematis untuk menguji keputusan memberi saya alat untuk menganalisis efektivitas keputusan yang diambil dan memperbaiki proses di masa mendatang.

Satu hal yang mungkin di luar dugaan adalah seberapa pentingnya proses refleksi dalam pengambilan keputusan. Saya sebelumnya tidak menyadari betapa mendalamnya evaluasi setelah pengambilan keputusan dapat memengaruhi tindakan dan keputusan selanjutnya.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Jawab :

Sebelum mempelajari modul ini, saya telah menghadapi beberapa dilema moral sebagai pemimpin. Namun, prosesnya sering kali lebih bersifat intuitif dan tidak terstruktur. Saya lebih mengandalkan pengalaman pribadi dan opini orang lain tanpa menggunakan kerangka sistematis. Setelah mengikuti modul ini, saya menyadari perlunya pendekatan yang lebih terstruktur dan analitis. Sebagai contoh, saya sekarang lebih memperhatikan berbagai sudut pandang dan potensi dampak jangka panjang dari keputusan yang diambil.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Jawab :

Setelah mempelajari konsep ini, ada beberapa perubahan signifikan dalam cara saya mengambil keputusan:

  • Pendekatan yang lebih terstruktur: Saya sekarang lebih sering menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan, yang membantu saya untuk tidak hanya fokus pada hasil tetapi juga pada proses dan dampaknya.
  • Keterlibatan orang lain: Saya lebih cenderung melibatkan tim dan pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan, menjadikan keputusan lebih inklusif.
  • Refleksi pasca-keputusan: Saya sekarang memberi perhatian lebih pada evaluasi keputusan yang telah diambil, mengidentifikasi pelajaran yang bisa dipelajari untuk keputusan selanjutnya.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Jawab :

Topik ini sangat penting bagi saya sebagai individu dan sebagai pemimpin. Sebagai individu, pemahaman tentang dilema etika dan pengambilan keputusan membuat saya lebih sadar akan nilai-nilai saya dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai pemimpin, kemampuan untuk membuat keputusan yang adil dan etis sangat krusial untuk membangun kepercayaan, menciptakan lingkungan belajar yang positif, dan memotivasi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar