Halaman

Senin, 07 Oktober 2024

Koneksi Antar Materi - Modul 2.3

 Kesimpulan dan Refleksi


Oleh : Edi Suroso, S.T

CGP Angkatan 11 SMAN 3 Mesuji Raya - BGP Sumatera Selatan

Fasilitator : Lanjar Palupi, M.Pd

Pengajar Praktik : Ashafia Nursyaadah, S.Pd., M.Si


Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media


A. PEMIKIRAN REFLEKTIF TERKAIT PENGALAMAN BELAJAR

1. Pengalaman / Meteri Pembelajaran Yang Baru Saja Diperoleh

Dalam modul 2.3 ini saya mendapatkan pembelajaran tentang supervisi  akademik yang bertujuan untuk meningkatkan kopetensi diri dalam setiap pendidikan di lingkungan sekolah. Pendekaatan yang digunakan adalah coaching yang memiliki 3 prinsip yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Kopetensi inti coaching yang harus dimiliki diantaranya adalah kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan coaching menggunakan alur TIRTA yaitu Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi dan Tanggung jawab. Terdapat 3 tahapan dalam supervisi akademik yaitu pra-observasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan), dan pasca-observasi (tindak lanjut)..

2. Emosi-Emosi Yang Dirasakan Terkait Pengalaman Belajar

  • Antusias : Saya merasa antusias karena modul ini menawarkan pendekatan baru dan praktis dalam membantu guru berkembang melalui coaching. Ini memberi saya perspektif baru mengenai bagaimana supervisi bisa dilakukan secara lebih kolaboratif dan memberdayakan.
  • Rasa Tertantang : Ada juga perasaan tertantang karena saya menyadari bahwa coaching dalam supervisi akademik memerlukan keterampilan komunikasi yang mendalam dan kesabaran dalam membimbing guru agar bisa berkembang. Tanggung jawab ini terasa besar, namun saya juga melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.
  • Cemas : Ada sedikit kecemasan terkait kemampuan untuk menerapkan semua konsep ini dengan baik, terutama dalam menciptakan hubungan saling percaya dengan guru dan memberikan umpan balik yang tepat tanpa terlihat menghakimi.
  • Senang : Saya merasa senang mengetahui bahwa pendekatan coaching ini berfokus pada pembelajaran berkelanjutan dan refleksi, baik bagi guru maupun siswa.

3. Apa Yang Sudah Baik Berkaitan Dengan Keterlibatab Dirinya Dalam Proses Belajar

Saya bisa berkolaborasi dengan baik bersama rekan sesama CGP pada saat praktik coaching dengan menggunakan alur TIRTA dan sudah sesuai dengan prinsip coaching, baik dalam RUKOL maupun DEKON pada saat berperan sebagai coach, coachee maupun sepagai pengamat (observer).

4. Apa Yang Perlu Diperbaiki Terkait Dengan Keterlibatan Dirinya Dalam Proses Belajar

Yang perlu diperbaiki adalah kemampuan dalam mengajukan pertanyaan berbobot, supaya dapat menggali informasi permasalahan yang dialami cochee sehingga dengan pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan coachee dapat menemukan solusi atas permasalahan yang dialaminya.

5. Keretkaitan Terhadap Kopetensi dan Kematangan Diri Pribadi

Setelaah saya mempelajari modul 2.3 ini kopetensi saya mulai berkembang dapat dilihat dari :

  • Keterampilan komunikasi yang baik, seperti mendengarkan dengan empati, memberikan umpan balik yang membangun, dan menjaga dialog yang terbuka.
  • Kecerdasan emosional yang tinggi, seperti kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, dan memahami emosi orang lain (guru dan siswa).
  • Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
  • Tetap fleksibel dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul selama proses coaching


B. ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI DALAM KONTEKS CGP

1. Memunculkan Pertanyaan Kritis Yang Berhubungan Dengan Konteks Materi dan Menggalinya Lebih Jauh

Bagaimana cara menggunakan teknik coaching untuk kegiatan supervisi akademik? 

Coaching dalam supervisi akademik adalah pendekatan yang berfokus pada pengembangan kemampuan guru melalui dialog yang kolaboratif. Bukan untuk memberikan instruksi langsung, seorang supervisor bertindak sebagai pembimbing yang membantu guru menemukan solusi atas tantangan yang mereka hadapi. Coaching dalam supervisi akademik dapat menggunakan alur TIRTA dalam setiap sesinya. Dimulai dengan percakapan Pra-Observasi untuk menetapkan tujuan, melakukan Observasi dikelas, dan diakhiri dengan percakapan Pasca-Observasi untuk merefleksikan serta perencanaan tindak lanjut.

2. Mengolah Materi Yang Dipelajari Dengan Pemikiran Pribadi Sehingga Tergali Wawasan (Insight) Baru

Coaching dalam supervisi akademik berfokus pada pemberdayaan guru melalui refleksi diri, penetapan tujuan yang jelas, dan umpan balik konstruktif. Hal ini mendorong guru untuk mengembangkan keterampilan mereka secara berkelanjutan dengan bantuan supervisor yang bertindak sebagai fasilitator, bukan evaluator. Dengan cara ini, coaching membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan adaptif, yang akhirnya berdampak positif pada kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa.

3. Menganalisis Tantangan Yang Sesuai Dengan Konteks Asal CGP (Baik Tingkat Sekolah Maupun Daerah)

Keterbatasan Sumber Daya dan Infrastruktur

Tingkat Sekolah : Disekolah saya fasilitas dan sumber daya kurang mendukung pelaksanaan coaching yang efektif. Ini mencakup keterbatasan ruang yang memadai untuk pertemuan coaching, kurangnya akses ke teknologi yang mendukung refleksi berbasis data, hingga kurangnya waktu yang tersedia bagi guru dan supervisor untuk berkolaborasi.

Tingkat Daerah : Di tingkat daerah, dukungan dari pemerintah atau dinas pendidikan terbatas dalam hal alokasi dana atau pengembangan kebijakan yang mendukung pelatihan coaching dan supervisi akademik yang berkelanjutan.

4. Memunculkan Alternatif Solusi terhadap Tantangan Yang Di Identifikasi

Keterbatasan Sumber Daya dan Infrastruktur

Solusi : Mengadopsi pendekatan coaching yang lebih sederhana dan menekankan penggunaan sumber daya yang ada, serta berkolaborasi dengan pihak luar (misalnya LSM atau Perusahaan) untuk mendapatkan dukungan tambahan.


C. ANALISIS UNTUK IMPELEMENTASI DALAM KONTEKS CGP

1. Pengalaman Masa Lalu

Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah, namun kegitatan tersebut hanya sebatas menjalankan kewajiban saja tanpa mengetahui makna supervisi yang sesungguhnya. kegiatan supervisi hanya dilakukan saat kepala sekolah melakukan observasi saja tanpa adanya kegiatan Pra-Observasi, dan Pasca-Observasi. Sehingga hanya sebatas penilaian kinerja guru saja

2. Penerapan Dimasa Depan

Untuk kedepannya kegiatan supervisi harus menggunakan pendekatan yang tepat dan inovatif, penerapan coaching dalam supervisi akademik di masa depan memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Mengintegrasikan teknologi, memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional, serta membangun budaya kolaboratif akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi guru dan siswa. Hal ini tidak hanya akan memperkaya pengalaman belajar tetapi juga mendorong perkembangan profesional yang berkelanjutan.

3. Konsep Atau Praktik Baik Yang Dilakukan Dari Modul Lain Yang Telah Dipelajari

Modul 2.1

Mengintegrasikan praktik baik dari modul Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid dalam coaching untuk supervisi akademik dapat meningkatkan efektivitas pengajaran dan pembelajaran. Dengan fokus pada diferensiasi, penggunaan data, pendekatan berbasis siswa, dan dukungan kesejahteraan emosional, coaching dapat menjadi alat yang ampuh untuk membantu guru memenuhi kebutuhan belajar siswa dengan lebih baik. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung.

Modul 2.2

Mengintegrasikan konsep dan praktik dari modul Pembelajaran Sosial dan Emosional dalam coaching untuk supervisi akademik dapat memperkuat lingkungan belajar yang positif dan mendukung perkembangan emosional dan sosial siswa. Dengan fokus pada pembangunan hubungan positif, pengembangan keterampilan emosional, dan penerapan kurikulum PSE, proses coaching dapat menjadi lebih holistik dan bermanfaat bagi guru dan siswa. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga membangun komunitas sekolah yang lebih mendukung dan inklusif.

4. Informasi Yang Didapat Dari Orang Atau Sumber Lain Diluar Bahan Ajar PGP

Peran Coaching Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Seorang kepala sekolah yang efektif tidak hanya memiliki kemampuan manajerial yang baik, tetapi juga mampu memimpin melalui pendekatan coaching. Coaching adalah proses pemberian bimbingan dan dukungan kepada individu untuk mencapai tujuan mereka. Ketika diterapkan oleh seorang kepala sekolah, pendekatan coaching ini tidak hanya membantu membangun tim guru yang berkualitas, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif dan inklusif bagi seluruh siswa.

Sumber : “https://potretonline.com/2024/05/peran-coaching-kepala-sekolah-dalam-meningkatkan kualitas-pendidikan/”



Salam Guru Penggerak Tergerak, Bergerak, dan Mengerakan

Trima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar