Lanjar Palupi,
M.Pd |
Edi Suroso,
S.T |
Ashafia
Nurusyaadah, S.Pd., M.Si
Pengajar Praktik |
Sebelum mempelajari
modul 1.1, Pembelajaran yang saya lakukan masih berpusat pada guru dimana siswa
hanya sebagai objek pembelajaran saja. Saya hanya sebatas mentransfer materi
pelajaran saja dengan menganggap ketuntasan dalam penyampaian materi lebih
penting daripada memahami karakteristik siswa. Disini biasanya saya hanya
melihat nilai murid dari aspek kognitif saja misalnya saat mereka mengerjakan
soal berupa Tugas atau Penilaian Harian jika nilai murid sudah mencapai KKM
dinyatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil begitu sebaliknya. Sebelumnya saya
tidak memperdulikan apakah murid sudah benar-benar paham dari apa yang saya
ajarkan atau tidak, karena fokus utama saya lebih pada ketercapaian materi
mengingat materi yang saya ajarkan sangat padat.
Dalam proses pembelajaran yang saya
lakukan, saya masih dominan menggunakan metode ceramah dan berpusat pada guru.
Siswa dituntut harus mengikuti semua arahan – arahan yang saya berikan untuk
dapat mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jika murid tidak
mengikuti arahan saya, biasanya saya akan marah dan memberi ancaman dan
hukuman. Oleh karena hal ini siswa merasa tertekan dan berakibat fatal pada
gagalnya penanaman karakter dan pencapaian kompetensi mereka sehingga saya pun
sering merasa gagal dan mengeluh jika banyak murid yang tidak tuntas setelah
melakukan evaluasi. Dan saya baru menyadari bahwa apa yang telah
saya lakukan dapat membuat murid merasa terbebani dan menurunkan motivasinya
mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Apa
yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul
ini?
Setelah saya mempelajari modul 1.1,
saya baru memahami filosofi pendidikan KHD, dimana menurut beliau bahwa tujuan
pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik hanya
dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar
dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) . Semua anak memiliki keunikannya
masing-masing, proses pembelajaran yang yang dapat mengakomodir kebutuhan
belajar murid akan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna. Saya menyadari
zaman sudah berubah, siswa kita sekarang adalah generazi Z yang hidup di
tengah-tengah kecanggihan teknologi . Saya menyadari, saya bukan satu-satunya
sumber belajar bagi mereka, banyak sumber belajar lain yang bisa dimanfaatkan
sesuai dengan minat dan bakat murid. Namun saya berupaya untuk selalu menuntun
mereka sebagai fasilitator dan menempatkan siswa menjadi subjek dalam
pembelajaran untuk mencari dan membangun pemahamannya sendiri. Saya tidak boleh
hanya berfokus pada kemampuan kognitif saja tetapi juga harus dapat mendampingi
siswa mengembangkan kemampuan social-emosionalnya. Dengan memahami filosofi
pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya mulai merencanakan pembelajaran sesuai kebutuhan
siswa dan membantu murid menjadi manusia yang merdeka. Siwa sebagai individu
yang unik, berbeda satu dengan yang lain berhak mendapat tuntunan yang tepat
sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Apa yang dapat
segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Sekian
pemaparan dari saya. Terima Kasih
Wssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam Guru Penggerak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar