Halaman

Minggu, 25 Agustus 2024

Aksi Nyata Modul 1.4 - Budaya Positif


Penerapan Budaya Positif di SMAN 3 Mesuji Raya

Oleh : Edi Suroso, S.T

CGP Angkatan 11 SMAN 3 Mesuji Raya - BGP Sumatera Selatan

Fasilitator : Lanjar Palupi, M.Pd

Pengajar Praktik : Ashafia Nursyaadah, S.Pd., M.Si


A. Latar Belakang

Penerapan budaya positif di sekolah didasari oleh kebutuhan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mendukung, dan inklusif bagi semua siswa. Berikut beberapa faktor yang menjadi latar belakang penting dalam penerapan budaya positif di sekolah:

1. Tantangan Perilaku Siswa:

Sekolah sering menghadapi berbagai tantangan terkait perilaku siswa, seperti ketidakdisiplinan, konflik antar siswa, dan kurangnya motivasi belajar. Budaya positif bertujuan untuk menangani masalah ini dengan pendekatan yang lebih mendukung daripada menghukum.

2. Kesejahteraan Siswa:

Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan psikologis siswa. Siswa yang merasa aman, dihargai, dan didukung di sekolah cenderung memiliki hasil akademik yang lebih baik dan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.

3. Pembentukan Karakter:

Pendidikan di sekolah tidak hanya fokus pada aspek akademis tetapi juga pembentukan karakter siswa. Budaya positif menekankan nilai-nilai seperti rasa hormat, tanggung jawab, empati, dan kejujuran, yang penting untuk perkembangan karakter siswa.

4. Pendekatan Restoratif:

Dalam budaya positif, pendekatan restoratif digunakan untuk menyelesaikan konflik dan masalah perilaku. Pendekatan ini mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan memperbaiki kerusakan yang telah dilakukan, daripada sekadar menerima hukuman.

5. Filosofi Pendidikan Nasional:

Penerapan budaya positif selaras dengan Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan pentingnya pendidikan yang memerdekakan dan menghargai setiap individu. Pendekatan ini berusaha mengembangkan siswa yang merdeka, bertanggung jawab, dan memiliki kontrol diri.

6. Visi dan Nilai Guru Penggerak:

Guru Penggerak memiliki peran penting dalam mengimplementasikan budaya positif di sekolah. Dengan visi untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, Guru Penggerak mendorong lingkungan yang mendukung kebutuhan belajar individual siswa dan mengembangkan potensi mereka secara holistik.

7. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Inklusif:

Budaya positif mendorong terciptanya lingkungan yang inklusif di mana semua siswa, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, atau kebutuhan khusus, merasa diterima dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

Dengan menerapkan budaya positif, sekolah berupaya untuk tidak hanya mencapai hasil akademik yang baik tetapi juga mengembangkan siswa yang memiliki karakter kuat, siap menghadapi tantangan, dan mampu berkontribusi secara positif di masyarakat.

B. Tujuan

1. Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman seluruh warga sekolah tentang budaya positif. 

2. Meningkatkan motifasi intrinsik murid melalui pembentukan keyakinan kelas/sekolah.

C. Tolak Ukur

1. Terlaksananya desiminasi konsep inti penerapan budaya positif disekolah. 

2.  Terbentuknya keyakinan kelas melalui kegiatan kesepakatan kelas yang dilakukan bersama murid 

3. Guru dan murid konsisten dalam menjalankan keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama.

4. Terlaksananya penyelesaian masalah murid menggunakan segitiga restitusi. 

D. Limas Kegiatan

1. Berkoordinasi dengan kepala sekolah Berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah dan rekan guru

2. Melakukan disminasi konsep inti budaya positif 

3. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun keyakinan kelas. 

4. Keyakinan kelas yang telah disepakati selanjutnya ditandatangani seluruh warga kela. 

5. Hasil keyakinan kelas di tempel dimasing-masing kelas

F. Dukungan

Dukungan dari seluruh warga sekolah serta partisipasi aktif orang tua di rumah dalam membiasakan budaya positif. Dedikasi seluruh warga sekolah sebagai teladan bagi murid dalam menanamkan budaya positif di sekolah . Kolaborasi seluruh warga sekolah dalam menciptakan serta membiasakan budaya positif di sekolah. 


Aksi nyata budaya positif yang saya lakukan ini direncanakan dalam beberapa tahapan, antara lain berkoordinasi dengan kepala sekolah tentang betapa pentingnya penerapan budaya positif sekaligus meminta izin untuk melakukan kegiatan desiminasi kepada rekan sejawat. Membuat keyakinan kelas bersama pesta didik, melakukan segi tiga restitunsi.

Kegiatan aksi nyata yang saya lakukan disekolah dengan mengadakan desiminasi kepada seluruh teman sejawat yang ada disekolah tentang hal bagaimana cara dalam menyusun keyakinan kelas dan menggunakan segitiga restitusi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada pada murid. Kegiatan desiminasi ini dihadiri oleh guru SMA Negeri 3 Mesuji Raya pada Rabu tanggal 21 Agustus 2024.

Kegiatan aksi nyata selanjutnya adalah dengan membuat keyakinan kelas bersama murid kelas XI. IPA  SMAN 3 Mesuji Raya pada tanggal 19 Agustus 2024, dalam menyusun keyakinan kelas ini semua murid sangat antusias dalam menyampaiakan peraturan dan keyakinan yang menurut mereka perlu dibuat, keyakinan kelas yang dibuat melalui tata cara dengan memberikan kertas stiknot berwarna kepada masing-masing murid, kemudian murid menuliskan peraturan kelas terlebih dahulu setelah selasai peraturan kelas ditempel, selanjutnya mengubah peraturan menjadi kalimat yang lebih positif atau keyakinan kelas, kemudian membuat nilai-nilai kebijakan dan tabel T dan terakhir peserta didik menyepakati keyakinan kelas secara bersama dengan cara menanda tanganinya.

Untuk kegiatan segitiga restitusi sebelumnya sudah saya lakukan pada Jum'at tanggal 09 Agistus 2024 dikarenakan ada satu anak yang sering datang terlambat kesekolah sehingga tertinggal pembelajaran. 

Hasil dari rangkaian kegiatan aksi nyata yang telah saya lakukan yaitu menumbuhkan pemahaman kepada rekan sejawat khususnya pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 3 Mesuji Raya kabupaten ogan komering ilir mengenai penerapan budaya positif. Kegiatan dimulai dengan disiplin positif di lingkungan kelas dengan membuat keyakinan kelas yang disepakati bersama-sama. Selain itu juga mulai diterapkan disiplin positif dengan restitusi.

Kegiatan aksi nyata yang saya lakukan bisa dikatakan berhasil dan dapat menciptakan perubahan meskipun harus dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan dalam penerapannya. Murid telah menunjukkan disiplin positif sesuai dengan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama. Kendala yang dihadapi yaitu mudahnya terpengaruh oleh teman dan lingkungan sekitarnya sehingga budaya positif yang telah ditetapkan harus selalu diingatkan nilai-nilai kebajikan yang telah diyakini oleh murid.

Kegiatan aksinyata modul 1.4 tentang budaya positif ini sebagai guru dan juga calon guru penggerak banyak pembelajaran yang dapat saya ambil salah satunya adalah nilai kebersamaan, karena dalam melaksanakan kegiatan aksi nyata ini  banyak membutuhkan tenaga dan tidak dapat diakukan hanya atau oleh diri saya sendiri, teman sejawat sangat berperan penting untuk mensukseskan kegiatan aksi nyata yang saya lakukan.

Rencana perbaikan dan pengembangan di masa mendatang yaitu  selalu mengevaluasi keyakinan kelas yang telah dibuat secara berkala, menerapkan segitiga restitusi pada masalah-masalah yang ditemui disekolah, menempatkan diri pada posisi kontrol manager secara konsisten dan berkelanjutan dan terus berkolaborasi dengan semua pihak yang ada dilingkungan sekolah demi terciptanya budaya positif yang berkelanjutan.


Video Aksi Nyata Modul 1.4






Tidak ada komentar:

Posting Komentar